Fosil Kayu Ulin Berumur Ratusan Tahun Membuat Decak Kagum Setiap Orang Yang Melihatnya

Meja dan kursi dari fosil kayu ulin (belian) yang sudah berumur ratusan tahun

Meja dan kursi dari fosil kayu ulin (belian) yang berumur sudah ratusan tahun

Natuna, Poroskepri.com – Kebanyakan masyarakat Kabupaten Natuna, menggunakan akar kayu ulin (eusideroxylon zwageri) atau belian, sebagai bahan untuk pembuatan arang. Dan ada juga yang memanfaatkannya sebagai bahan untuk membakar batu.

 

Lain hal dengan Iskandar, dirinya lebih memilih untuk mengoleksinya. Karena pria paruh baya ini melihat ada nilai seni yang sangat tinggi, khususnya pada fosil-fosil kayu ulin (belian) yang sudah berumur ratusan tahun tersebut.

 

“Fosil kayu belian ini saya temukan disekitar kaki gunung Ranai. Kalau dilihat sekilas memang tak nampak, karena tunggul kayu ini hanya timbul sikit saja dipermukaan tanah. Setelah digali, ternyata diluar dugaan kita hasilnya,” ucap Iskandar kepada media poroskepri.com Minggu (15/1/3024).

 

Saking besarnya ukuran dari akar kayu belian atau ada juga yangmenyebutnya kayu besi ini, membuat setiap potongannya bisa dijadikan sebuah meja. Apa lagi kalau hanya sekedar dibuat untuk sebuah kursi.

Beberapa foto keunikan dari kayu ulin (belian) yang memiliki nilai seni yang sangat tinggi karena diukir secara langsung oleh alam

“Saya hanya menggali dan memotongnya saja, setelah itu saya tidak ada melakukan pengolahan lagi. Karena kalau saya olah lagi, tentunya akan hilang ukiran-ukiran unik yang telah dibentuk oleh alam terhadap kayu ini. Saya tak mau menghilangkan seni serta ukiran unik yang telah dibentuk oleh alam,” ujar Iskandar.

 

Agar bisa mendapatkan fosil kayu yang tahan segala cuaca ini membuat Iskandar rela  meluangkan waktunya serta mengeluarkan biaya untuk menggalinya.

 

Setelah dirinya berhasil mengumpulkannya, keunikan serta nilai seni yang ada pada fosil kayu yang telah diukir oleh alam ini, menurutnya benar adanya. Pasalnya kata Iskandar setiap orang yang telah melihatnya secara langsung kerumahnya di jalan Pramuka – Ranai, pasti akan berdecak kagum.

 

“Setiap pengunjung yang datang, semuanya pasti mengatakan waooo cantiknya, kok bisa begini ya, bapak ukir sendiri ya? sambil tersenyum saya jawab, ini masih asli tak pernah saya ukir, alam lah yang mengukirnya. Lalu pengunjung itu berkata lagi, ooo iya ya sambil memegang fosil-fosil kayu tersebut, terus mereka langsung mengabadikannya dengan kamera HP mereka,” terang Iskandar

 

Pria asli kelahiran Ranai ini, biasanya menghabiskan waktu hingga satu bulan lebih untuk menyelesaikan penggalian satu fosil kayu belian.

 

“Saya menggalinya kadang sama kawan dan ada juga saatnya saya yang gali sendiri. Walaupun Fosil kayu ini sudah berumur ratusan tahun, namun kayu ini tetap keras. Saking kerasnya, pas waktu dipotong itu sesekali pasti ada menimbukan api. Hal itu membuat mata rantai senso saya jadi cepat habis, tu sudah berapa kali saya ganti rantainya,” jelas Iskandar.

 

Laporan : Mon.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *