Musda Muhammdiyah, Aisyiyah Kabupaten Natuna Periode 2022-2027 Berjalan Lancar dan Tertib
Natuna, poroskepri.com – Muhammadiyah Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), laksanakan Musyawarah Daerah (Musda) pengurus Muhammadiyah dan pengurus Aisyiyah periode 2022-2027, di Rumah Makan (RM) Gerai, Jalan Datuk Kaya Wan Mohd. Benteng (Batu Kapal) Ranai, Minggu (1/10/2023).
Pada giat yang berjalan dengan lancar dan tertib tersebut terpilih sebagai Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Kabupaten Natuna Periode 2022-2027 adalah H.Ilham Kauli,S.Sos,M.Si dan Ketua Pengurus Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Periode 2022-2027 adalah Dra. Hj. Ngesti Yuni Suprapti, M.A.
Dengan terpilihnya kepengurusan yang baru tersebut diharapkan ke depannya organisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah di Kabupaten Natuna dapat dapat lebih berkembang dan maju untuk dapat mengikuti dan sejajar dengan organisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah di daerah daerah lain yang sudah berkembang dan maju.
Ada beberapa rekomendasi yang disampaikan dalam Musda tersebut antara lain yaitu tentang bagaimana cara lebih mendekatkan lagi para pengurus dengan para anggota dengan langkah langkah mendata kembali para anggota Muhammadiyah maupun Aisyiyah yang tersebar di seluruh kecamatan di kabupaten Natuna.
Kemudian untuk dapat mengembangkan organisasi sampai ke Kecamatan, Kelurahan dan Desa.
Pada kesempatan itu, ketua baru Pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah Kabupaten Natuna menyampaikan dalam sambutanya bahwa akan mengemban amanah dan tanggungjawab yang telah diberikan dan akan melaksanakan rekomendasi-rekomendasi tersebut dalam waktu secepatnya.
Sementara itu, dan untuk diketahui bersama, meski belum pernah ada daftar resmi yang dikeluarkan lembaga terkemuka tentang organisasi Islam terkaya di dunia. Tak diragukan lagi organisasi Muhammadiyah adalah salah satunya. Jika daftar itu ada maka akan sulit dibantah, Muhammadiyah akan berada di nomor urutan teratas bersama organisasi-organisasi Islam elit dunia lainnya.
Dimana kekayaan Muhammadiyah diperkirakan mencapai 400 triliun. Kekayaan itu di antaranya terdiri dari aset tanah, bangunan dan kendaraan. Selain itu Muhammadiyah juga punya 28.000 lembaga pendidikan, 170 universitas, 400 rumah sakit, dan 340 pesantren. Sumber dari Bidang Ekonomi Pimpinanan Pusat (PP) Muhammadiyah pertanggal 23 April 2023.
Berikut profil Muhammadiyah dan Aisyiyah, yang berhasil dihimpun media poroskepri.com.
Profil Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Muhammadiyah memiliki arti pengikut Nabi Muhammad.
Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-perintah Al-Qur’an, di antaranya surat Ali ‘Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.
Profil Aisyiyah
Aisyiyah didirikan pada 27 Rajab 1335 H/19 Mei 1917 dalam perhelatan akbar nan meriah bertepatan dengan momen Isra Mi’raj Nabi Muhammad. Embrio berdirinya ‘Aisyiyah telah dimulai sejak diadakannya perkumpulan Sapa Tresna di tahun 1914, yaitu perkumpulan gadis-gadis terdidik di sekitar Kauman. Ahmad Dahlan memang mendorong perempuan untuk menempuh pendidikan, baik di pendidikan formal umum maupun keagamaan. Konstruksi sosial saat itu menyatakan bahwa perempuan tidak perlu menempuh pendidikan secara formal, tapi Dahlan sebaliknya, mendorong anak gadis rekannya atau saudara teman-temannya untuk bersekolah. Para gadis inilah yang kemudian mengenyam pengkaderan ala Dahlan juga temannya, serta Siti Walidah atau Nyai Dahlan.
Pendirian ‘Aisyiyah diawali dengan pertemuan yang digelar di rumah Kyai Dahlan pada 1917, yang dihadiri K.H. Dahlan, K.H. Fachrodin, K.H. Mochtar, Ki Bagus Hadikusumo, bersama enam gadis kader Dahlan, yaitu Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busjro, Siti Wadingah, dan Siti Badilah. Pertemuan tersebut memutuskan berdirinya organisasi perempuan Muhammadiyah, dan disepakati nama ‘Aisyiyah yang diajukan K.H. Fachrodin.
Nama itu terinspirasi dari istri nabi Muhammad, yaitu ‘Aisyah yang dikenal cerdas dan mumpuni. Jika Muhammadiyah berarti pengikut nabi Muhammad, maka Aisyiyah bermakna pengikut ‘Aisyah. Keduanya merupakan pasangan serasi dalam berdakwah, seperti figur Muhammad dan ‘Aisyah, bahwa Aisyiyah akan berjuang berdampingan bersama Muhammadiyah.
Laporan : Mon.