Memilih Soerya – Iman Adalah Menghargai Kegemilangan Sejarah
Ketua Relawan Rumpun Melayu Sinergi, Rasyid Tab sepakat dengan pandangan salah satu keturunan Raja Riau-Lingga dan juga budayawan Melayu asal Pulau Penyengat, Raja Malik Hafrizal.
Dimana soal memilih pemimpin di pilkada Desember mendatang untuk menjatuhkan dukungan kepada pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri nomor urut satu (1). Rasyid dan timnya berada di pasangan Soerya Respationo dan Iman Sutiawan.
Sebagai Ketua Majelis Rakyat Kepri, Rasyid menilai bahwa pasangan Soerya – Iman merupakan harapan baru, dan menjadi motor penggerak menjulang kegemilangan budaya Melayu.
“Kejayaan tamaddun Melayu akan mencapai puncaknya dibawah kepemimpinan Soerya – Iman. Kepada mereka digantungkan harapan yang hendak diwujudkan, ” ucap Rasyid.
Dikatakan juga, melabuhkan pilihan kepada pasangan ini juga dapat disandingkan sebagai sebuah sikap menghargai dan menjunjung kegemilangan sejarah.
“Dalam setiap silaturahmi ke masyarakat, ada kesepahaman yang dapat disimpulkan bahwa memilih pemimpin semestinya menggunakan pemikiran terbuka,” lanjutnya.
Rasyid menambahkan, masyarakat tidak meminta sesuatu yang berlebihan, tetapi melihat komitmen dan harapan ke depan tanpa harus meninggalkan jejak sejarah.
“Intinya adalah pemimpin yang jujur, berwibawa, adil, mengayomi, dan memikirkan kesejahteraan rakyat,” ungkap Rasyid.
Pasangan Soerya – Iman di mata mantan anggota DPRD Kabupaten Kepri ini adalah pasangan yang tepat menggantungkan harapan dimaksud.
Dinilai dari visi misi yang disampaikan, jelas kemana arah Provinsi Kepri akan dibawa. Terhadap kemajuan budaya Melayu pun, pasangan ini berkomitmen sepenuh hati.
Soal sosok Soerya Respationo yang notabene bukan lahir di Kepri, berdarah Jawa, tak semestinya dicap tak memiliki komitmen terhadap kemajuan Kepri.
Rasyid menilai, bahwa sudah banyak sumbangan tenaga dan pikirannya dalam proses pembangunan Kepri. Sepatutnya diapresiasi dan didukung demi kepentingan bersama.
Sepanjang silaturahmi yang dilakukan Relawan Rumpun Melayu Sinergi di tengah masyarakat, menurut Rasyid, tidak pernah muncul perdebatan dalam memilih dan menentukan pemimpin.
“Misalnya berasal dari mana, atau dalam kata lain bukan Melayu, karena Kepri adalah tanah Melayu, itu tak pernah didengar,” ujar Rasyid.
Namun ia tidak menepis, bahwa isu selalu ada dihembuskan oleh kelompok tertentu secara sengaja. Karena tidak ingin sosok yang dukung kalah kontestasi.
“Mengutip pandangan seorang budayawan terkemuka alam Melayu, Tenas Effendy, Melayu itu adalah masyarakat yang terbuka. Tak terkecuali dalam memilih dan menentukan pemimpin,” bebernya.
Manifestasi dari keterbukaan itu, lanjut Rasyid, terlihat dari bukti sejarah bahwa sejumlah pemimpin (raja-raja dan pembesar negeri Melayu) asal-usulnya ‘bukan Melayu’ (dalam pengertian etnik).
“Hakekat keterbukaan itu yang menyebabkan Melayu berkembang luas dan dinamis. Baik dalam sejarah maupun kemajuan peradaban,” jelasnya.
Menurut Rasyid, kebesaran Melayu terletak pada kemampuan orang dan masyarakat Melayu itu sendiri untuk membuka diri. Mau membuka dan meluaskan wawasannya.
“Bukan menjauh dan mengasingkan diri. Sejatinya harus masuk dan menyelam ke dalamnya, lalu mengisinya dengan roh dan warna Melayu,” tambahnya.
Lebih dalam lagi dijelaskan Rasyid, masyarakat Melayu sejak dahulu telah diceritakan sebagai orang yang terbuka dan mudah membuka diri terhadap potensi kemajuan.
“Bahkan, kegemilangan alam Melayu sejatinya terjadi ketika masa-masa pertautan budaya berlangsung dari berbagai belahan dunia sehingga menimbulkan peradaban yang tinggi,” jelasnya.
Rasyid mengimbau, semua pihak hendaknya menjaga kondusifitas Kepri menjelang Pilkada. Jangan memprovokasi dalam kampanye, memaksa kehendak dan kepentingan suatu golongan.
“Menjadi harapan kita semua, proses pesta demokrasi ini menghasilkan apa yang dibutuhkan, sehingga Kepri gemilang dari segala aspek,” tutupnya.
Sumber: istimewa
Editor: redaksi