Di Forum Tabayun, Tim SInergi Kepri Ingatkan Warga ‘Perangi’ Hoaks dan Ujaran Kebencian
Maraknya isu-isu negatif yang berkembang dan menjelekkan pasangan calon (paslon) maupun tim sukses, mulai terlihat di masa sosialisasi di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kepri.
Ragam isu, ujaran kebencian hingga hoax terhadap pasangan calon tertentu terlihat ‘bertebaran’ di media sosial.
Untuk itu, Ketua Tim Kampanye SInergi Kepri di Kota Tanjungpinang, Kolonel (Purn) Bambang Winarto mengajak semua pihak untuk menjauhi hoaks dan ujaran kebencian melalui media sosial.
Sebagai contoh, adanya isu dan kabar yang dituduh paslon dan tim sukses SInergi terkait komunis dan anti-Islam.
“Isu-isu yang muncul di media sosial itu ditujukan untuk Pak Lis Darmansyah dan Romo Soerya Respationo. Padahal kita ketahui bersama bahwa beliau-beliau ini adalah paslon muslim yang taat dan dekat dengan ulama,” jelas Bambang Winarto.
Ia pun mengingatkan bahwa isu-isu inilah yang harus kita lawan, dengan cara memberikan penjelasan dengan santun. Dalam kesempatan itu, dirinya mengajak untuk sama-sama memerangi hoaks dan ujaran kebencian.
“Yang bertujuan tidak benar harus dilawan. Berani melawan isu-isu hoax dan fitnah yang memperlemah persatuan,” tegasnya saat Sarapan Pagi dan Forum Tabayun bersama Soerya Respationo di jalan Ir. Juanda (Pancur), Tanjungpinang, Sabtu (10/10/20) pagi.
Ajakan senada juga diungkapkan Ustadz Erwin Herdiawan alias Abu Gaza yang menegaskan bahwa munculnya isu-isu yang menjelekan paslon tertentu adalah hal yang mengada-ada dan sesuatu yang dipaksakan.
Dan hoax itu sulit dihindari di tengah booming media sosial (media sosial) dan teknologi informasi. Karena itu, semua pihak harus benar-benar memiliki pengetahuan sebagai benteng untuk memberantas hoax dan narasi kekerasan tersebut.
“Memberantas hoax itu sebetulnya mudah, cukup kita melakukan cek dan ricek ulang terhadap setiap informasi yang dinilai janggal atau memiliki citra negatif. Bila hal ini terbiasa kita lakukan, hoax otomatis bisa kita diatasi,”
Dan untuk meredamnya, tambahnya, masyarakat harus mampu menahan diri dari pengaruh buruk media massa dan medsos. Intinya, setiap individu pemilik akun media sosial dituntut dewasa dalam mengelola pesan ke atau dari akun miliknya.
“Kuncinya adalah selektif dalam menilai setiap pesan yang beredar dan dewasa dalam menyikapi pesan yang beredar,” tegasnya.
Sumber: istimewa
Editor: redaksi