Soal Kegaduhan Razia Prokes Pemko Tanjungpinang, Ini Tanggapan Huzrin Hood
Tokoh sentral perjuangan pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Huzrin Hood menyayangkan ketegangan antara anggota DPRD Kepulauan Riau Lis Darmansyah dengan Wali Kota Tanjungpinang Rahma beberapa waktu lalu.
Menurutnya, ketegangan yang disebabkan Razia Prokes dan Tes Antigen di pasar Bintan Center, Tanjungpinang, kemarin tidak harus berlarut-larut. Bahkan sampai saling melemparkan pernyataan dari kedua pihak.
“Melihat cara Satgas menerapkan razia prokes dan tes antigen seperti yang dimaksud memang kurang etis, apalagi kegaduhan itu menyangkut orang yang sedang mencari nafkah. Siapa pun bisa emosi, termasuk saya,” kata Huzrin saat dikonfirmasi melalui seluler, Tanjungpinang, Selasa (6/7/21).
Huzrin menilai bahwa reaksi yang diberikan oleh Lis Darmansyah ketika itu adalah spontanitas, bukan seperti tuduhan untuk mencari panggung.
“Hanya saja, ada baiknya, Lis memanggil bekas anggotanya untuk memberikan penjelasan agar kegiatan dapat menjalan lebih arif,” ucap mantan Bupati Kabupaten Kepulauan Riau ini.
Namun begitu, Huzrin juga menyesalkan soal penerapan razia prokes versi Wali Kota Rahma itu. Ia “menyentil” kegaduhan di pasar Bintan Center karena bernuansa arogan, terlebih kepada pedagang yang sedang mencari nafkah.
“Janganlah mengejar orang seperti itu. akibatnya kan orang jadi susah untuk cari makan,” tambahnya.
Menurut Huzrin, metode penerapan yang dilakukan hendaknya lebih arif dan santun. Pemerintah harus memikirkan dampak dari razia prokes, harus ada solusinya.
Diakui, dampak covid-19 ini mempengaruhi perekonomian masyarakat, banyak yang mengalami kesusahan. Berangkat itu, Huzrin dan Majelis Rakyat Kepulauan Riau menggagas program “Sekilo Beras” untuk membantu meringankan beban.
Majelis akan menerima bantuan, baik pribadi atau dari manapun. Setelah beras terkumpul akan dibagikan kepada masyarakat, khususnya kepada pedagang yang tidak bisa berjualan saat ini.
“Siapapun yang memberikan, kami terima sekarang. Ini untuk meringankan pedagang, seperti yang tidak bisa berjualan di tepi laut sekarang,” ujar Huzrin.
Sementara itu, ketua LAM Tanjungpinang Wan Rafirwar, senada dengan Huzrin Hood. Dirinya tidak menginginkan soal lempar pernyataan ini terus berlanjut hingga berpengaruh kepada pelayanan masyarakat.
“Saya tidak berpihak kepada siapapun. Keduanya adalah orang orang pilihan di Tanjungpinang, bagaimana nanti masyarakat menilai jika ada ribut begini,” kata Wan.
Wan Rafirwar berharap, masing masing pihak mau menahan diri. Meski ketegangan sesuatu hal yang wajar, namun dirinya tetap mengingatkan agar kedua pihak mau menyikapi secara dewasa sesuai budaya Melayu.
“Atas permasalahan ini saya berharap keduanya mau duduk bersama. LAM sebagai payung negeri, saya berniat untuk mendekati kedua pihak,” jelasnya.
Soal benar salah permasalahan itu, Wan mengaku dirinya tidak mau menyudutkan salah satu pihak. Menurutnya apa yang terjadi dan diributkan itu biar menjadi penilaian masyarakat.
“Kejadian di pasar Bincen itu memang berdampak. Contohnya, di pasar lama besoknya langsung sepi, mungkin ini rasa ketakutan masyarakat. Pemerintah pun harus mau mengevaluasi dan mencari solusi atas dampak itu,” harap Wan.
Dia juga mengatakan bahwa, penerapan razia prokes dan tes antigen dengan cara mendatangi tempat-tempat keramaian itu ada benarnya namun perlu dievaluasi. Perlu menempatkan pendekatan pendekatan yang lebih santun. (red)