Raja Malik Yakin Tamaddun Melayu Mencapai Puncak Bersama Soerya-Iman

Keturunan Raja Riau-Lingga dan budayawan Melayu asal Penyengat, Raja Malik Hafrizal

Dari tiga pasangan calon Gubernur Kepri pada Pilkada Desember 2020 mendatang, hanya pasangan Soerya Respationo – Iman Sutiawan dinilai memiliki komitmen kuat terhadap pengembangan budaya Melayu.

Bahkan, dibawah kepemimpinan mereka berdua kejayaan tamaddun Melayu diyakini akan mencapai puncaknya.

Demikianlah pandangan dari Raja Malik Hafrizal, salah satu keturunan Raja Riau-Lingga, budayawan Melayu asal Penyengat.

Menurutnya, komitmen Soerya Respationo sudah didengarkan secara langsung, baik ketika berkunjung ke Penyengat maupun ketika silaturahmi di kediamannya kemarin.

“Soerya Respationo komit menjadikan budaya Melayu sebagai payung negeri. Salah satu janjinya memasukkan adat istiadat dan budaya Melayu dalam kurikulum untuk diajarkan di sekolah,” ungkap penerima Anugerah Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2005 ini.

Masih menurut Raja Malik Hafrizal, dikatakan akan membangun kantor Lembaga Adat Melayu (LAM) sendiri jika terpilih menjadi gubernur. Bahkan, disebutkan untuk penambahan anggaran di bidang kebudayaan supaya lebih fokus menggali dan merawat khazanah.

“Saya yakin dan percaya janji itu akan direalisasikan Soerya Respationo jika terpilih. Sebab, Romo (panggilan akrab) sosok yang dikenal memegang teguh sikap ‘satunya kata dan perbuatan’. Komitmennya sudah terbukti,” tambah Malik.

Salah satu yang patut dikenang adalah bagaimana peran Soerya Respationo ketika sebagai Wakil Gubernur Kepri menjadikan dinas kebudayaan terpisah dari dinas pariwisata.

Dimana, Soerya mengadopsi sebagian karakteristik Jogja dan Bali yang terkenal konsisten menjaga budaya. Disadari betul bahwa pondasi Kepri adalah kebudayaan sehingga mutlak harus diurus secara khusus.

“Jika terpilih kelak, Soerya Respationo berkomitmen membangun balai adat di setiap kecamatan. Balai adat untuk semua suku dengan budaya Melayu sebagai payungnya,” terang Malik.

Kejayaan tamaddun Melayu, kata Malik, lebih terkonsep bersama Soerya Respationo yang menjunjung tinggi falsafah dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.

“Seperti halnya dahulu Pak Soeripto, Gubernur Riau membangun Balai Maklumat Pulau Penyengat untuk lestarikan naskah-naskah kuno Riau sebagai bukti tajamnya pena para
cendekiawan Melayu,” paparnya.

Lalu, lanjut Malik, di masa Bupati Kepulauan Riau Murwanto, yang notabene orang Jawa, terjadi revitalisasi besar-besaran terhadap peninggalan sejarah, terutama di Pulau Penyengat.

“Juga Daeng Marewah yang bergelar Kelana Jaya Putra, beliau berasal dari suku Bugis Sulawesi. Ini membuktikan kalangan pendatang justru lebih berpotensi memajukan negeri ini,” katanya.

Sumber: istimewa
Editor: redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *