Dinas Perikanan Kepri Sosialisasi Antisipasi Penyakit Ikan
Tanjungpinang – Sosioalisasi penyakit ikan dan penyuluhan budidaya kembali lagi di gelar oleh Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Provinsi Kepri. Kali ini melalui kegiatan dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Kawasan Penyakit Ikan dan Lingkungan Budidaya.
Kegiatan acara di buka langsung oleh Kepala Dinas Edi Sofyan di Hotel Hill Nagoya, Batam, Kamis (6/9). Kegiatan juga di hadiri beberapa mitra dan instansi yang berhubungan dengan kelautan dan perikanan di wilayah Provinsi Kepri.
Menurut Edi Sofyan, di gelarnya sosialisasi tersebut untuk mengatasi penyakit ikan dan memberikan edukasi budidaya ikan. Sehingga dapat menimalisir kegagalan panen yang dapat merugikan yang berdampak ekonomis.
Masih menurut Edi, pembangunan budidaya ikan laut sangat penting. Karena berdasarkan data potensi, ada fakta bahwa kondisi sumber daya perikanan khusus tangkap telah mengalami over fishing, yang berakibat adanya trend penurunan jumlah produksi.
Untuk memperkuat kapasitas dan mempercepat proses peningkatan produksi, menurut Edi, perlu dilakukan program revitalisasi perikanan budidaya melalui kegiatan pengembangan kawasan minapolitan.
“Meningkatkan komiditas ikan unggulan dan penguatan modal. Hal tersebut untuk meningkatkan daya saing dan perbaikan mutu melalui pemberdayaan usaha budidaya kepada masyarakat,” jelasnya.
Ia berharap, melalui program ini dapat meningkatkan nilai tambah dan sinergi terhadap produktivitas dari sektor perikanan budidaya.Sehingga kebutuhan pangan (foot security) bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Kepri dapat terpenuhi.
Bila mengacu pada letak geografis, secara khusus Provinsi Kepri merupakan salah satu provinsi kepulauan di Indonesia dengan luas wilayah 251.810,7 Kilometer. Dari luas wilayah tersebut 95,8% merupakan wilayah perairan. Hanya 4,2% yang memiliki potensi lestari sumber daya ikan (SDI) laut 1,2 juta ton pertahun.
“Dengan potensi budidaya laut (mariculture) seluas 54.672,1 hektar yang tersebar di Kabupaten dan Kota di Kepri, basis pengembangan sebaiknya dari ikan jenis kerapu, kakap, bawal bintang dan rumput laut,” terang Edi.
Pengembangan budidaya perikanan juga dihadapkan pada berbagai kendala. Menurut Edi, salah satu diantaranya adalah serangan penyakit ikan serta penurunan mutu lingkungan. Kedua faktor ini dapat menurunkan produktivitas, bahkan sebagai penyebab kegagalan usaha pembudidayaan ikan.
“Penyakit ikan dan penurunan mutu lingkungan menimbulkan kerugian investasi karena kematian ikan. Selain itu, meningkatnya biaya terhadap pengobatan dan perlakuan khusus lainnya. Hal tersebut, menurunkan laju pertumbuhan ikan yang terserang,” jelasnya.
Menurut Edi, munculnya penyakit ikan dan penurunan mutu lingkungan budidaya di mungkinkan karena dampak kegiatan lain yang beraktivitas disekitar kegiatan budidaya perikanan. Dikarenakan kurangnya penerapan budidaya yang baik (good management practices).
Diakui juga rendahnya pemahaman dan kesadaran pembudidaya dalam menerapkan prinsip budidaya yang bertanggung jawab serta pengembangan perikanan budidaya yang tidak terkendali.
Melihat permasalah itu, ia mengaku bahwa Dinas telah berupaya melakukan mengendalikan, dengan cara penataan lingkungan kawasan budidaya, penerapan budidaya yang baik, penerapan sistim biosecurity. Selain itu, pengolahan kualitas air melalui filterisasi dan sterilisasi, serta penggunaan obat ikan, kimia dan bahan biologi (OIKB).
“Dalam upaya melakukan antisipasi resiko penyebaran penyakit dan penurunan kualitas lingkungan, perlu mendorong pembudidaya untuk betul-betul konsisten dalam menerapkan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB),” tambahnya.
Adapun langkah-langkah yang telah di tempuh Dinas Kelautan dan Perikanan Kepri melalui program pengembangan dan pengelolaan perikanan budidaya kegiatan kesehatan ikan dan lingkungan pembudidayaan. Pembinaan kepada budidaya tentang kesehatan ikan dan lingkungan.
Selain itu, penyusunan perencanaan tahunan kesehatan ikan dan lingkungan untuk meningkatkan ketersedian produksi yang berdaya saing dan aman untuk di kosumsi. Dengan penyelenggaraan sistim budidaya yang menguntungkan secara berkelanjutan.
Lingkup kegiatan meliputi koordinasi dan pengumpulan data yang telah di laksanakan dan melaksanakan evaluasi terhadap kegiatan kesehatan ikan dan lingkungan yang sudah di bangun. Hal tersebut sebagai penyempurnaan penyusunan rencana kerja tahunan.
Sumber: DKP
Editor Narasi: Red