Diduga Oknum “Bermain” Swakelola RKB SMA-IT As-Sakinah, Kepsek Terlibat?
Pembangunan gedung 2 lantai melalui swakelola RKB senilai Rp1,4 miliar
Pekerjaan pembangunan ruang kelas baru (RKB) melalui mekanisme swakelola di SMA-IT As-Sakinah Tanjungpinang menjadi pertanyaan. Penggunaan anggaran sebesar Rp1,4 miliar itu tidak transparan, revitalisasi untuk kualitas pendidikan ini juga kurang akuntabel.
Revitalisasi yang turut menggerakkan ekonomi lokal ini terindikasi masuk dalam lingkaran permainan proyek oknum. Dikhawatirkan, pekerjaan program pemerintah bersumber dari APBN tahun 2025 itu, kualitas dan waktu tidak sesuai target.
Tanggapan Indriana Esthi Wulandari, orang yang bertanggung di dalam panitia pembangunan satuan pendidikan (P2SP) ini memperkuat kekhawatiran dimaksud. Selaku kepala sekolah, saat di konfirmasi, mengisyaratkan kegiatan memiliki masalah serius.
Terkait progres, Esthi membenarkan di dalam proses pekerjaan ada kendala sehingga banyak yang belum selesai. Salah satunya faktor cuaca yang mempengaruhi, dimana waktu pelaksanaan selama 150 hari.
“Kita terus mengejar ketinggalan, termasuk juga akan menambah tenaga pekerja. Kemungkinan menambah jam (lembur) pekerjaan,” ujarnya di ruang guru sekolah, di Tanjung Sebauk, Tanjungpinang, Kamis (4/12/25).
Oleh karena penjelasan dirasa belum mewakili ketinggalan, maka disinggung kembali soal volume pembangunan dengan menyesuaikan pada denah gambar dari perencanaan pekerjaan itu sendiri, sayangnya tidak dipenuhi.
Esthi mengaku, denah gambar dari kegiatan RKB di simpan terpisah. Ia berkilah, denah gambar pekerjaan bukan untuk dilihat umum.
“Mohon maaf ya, untuk saat ini belum bisa menunjukan gambar pekerjaan dimaksud. Insyaallah, pekerjaan berjalan sesuai dengan perencanaan,” jelasnya.
Diingatkan bahwa denah gambar tersebut baiknya bersanding dengan papan pengumuman pekerjaan, karena selaras dengan keterbukaan informasi.
Namun Esthi tetap menolak. Sikapnya selaku orang yang bertanggung jawab di panitia, sekaligus kepala sekolah sangat bertentangan dengan keterbukaan informasi.

“Untuk denah gambar pekerjaan ini sudah di verifikasi bersama stakeholder yang berkenaan. Panitia juga melibatkan jaksa dalam kepastian hukum,” terangnya.
Tidak hanya itu, masalah sumber material bahan bangunan, ia juga enggan menjawab. Menurutnya, mendatangkan material bersumber dari mana adalah kewenangan pihak panitia.
“Kita ada mitra sendiri. Ada toko yang biasa menjadi rekanan menyediakan bahan yang diperlukan. Mohon maaf ya, toko nya tidak bisa dikasih tahu,” ucapnya.
Dari kedua hal yang menyangkut aspek pekerjaan itu, maka panitia dikesan menutup informasi untuk umum. Apalagi peran sebagai kepala sekolah sangat krusial dalam proyek revitalisasi tersebut.
Potensi untuk melakukan praktek kolusi juga lebih terbuka. Terlebih jika diawali tanpa transparansi dan akuntabel sehingga memungkinkan menyimpang, dari mulai rencana, penggunaan material serta harga belanja.
Sementara itu, sebelumnya, menurut Ahmad, sebagai perencana dan pegawas pekerjan swakelola RKB di SMA-IT As-Sakinah mengatakan, pekerjaan dibawah pengawasannya ini berjalan normal. Beberapa kendala yang hadapi saat proses pembangunan dapat diminimalisir.
“Pekerjaan sudah hampir rampung, di lantai 1 dan lantai 2 tinggal pemasangan jendela dan kramik. Kita juga memberi acian semen pada beton tulangan agar terlihat rapi, walau itu bukan skop pekerjaan,” terang Ahmad saat ditemui dilokasi pembangunan RKB tersebut.
Disinggung apakah pekerjaan susuai dengan tahapan pekerjaan sesuai perencanaan, secara teknis, Ahmad meyakini tidak ada masalah. Prihal itu didasari karena pekerjaan 2 lantai itu dikomandoi oleh 2 (ahli) kepala tukang.
“Untuk dilantai bawah ada Warno, dan di lantai atas Ari. Draf perencanaan yang saya buat sudah diserahkan kepada mereka, untuk dikerjakan sesuai dengan denah gambar yang direncanakan,” terangnya.
Terkait waktu pelaksanaan selama 150 hari, Ahmad berharap, pekerja yang dikomandoi para kepala tukang itu dapat menyesuaikan batas waktu tersebut.
“Kita sudah mengusulkan kepada panitia untuk menambah tenaga kerja, sekaligus jam kerja (lembur) juga disampaikan. Semoga dengan optimalisasi ini, pekerjaan bisa rampung sebelum batas yang ditentukan,” ujarnya.
Dari peninjauan di lapangan, didapati kegiatan pembangunan itu masih banyak yang belum selesai. Sementara batas waktu yang ditentukan sudah mendekat. (red)
